Seorang Raja memiliki istri yang sangat ia cintai. Sayangnya, istrinya tersebut belum bisa memberinya keturunan. Banyak tabib telah berusaha mengobatinya, banyak yang tidak berhasil. Sampai suatu saat sang Raja diberi tahu bahwa ada seorang tabib yang sangat mahir di suatu tempat. “Panggillah ia kemari!” titah sang Raja. Tak berapa lama, datanglah sang tabib dimaksud ke hadapan Raja. “Jika kalian ingin aku mengobatinya, biarkanlah aku berdua dengan sang permaisuri dan tutuplah dengan hijab!” kata sang Tabib. Mereka kemudian meninggalkan Tabib dengan Permaisuri. “Setelah kuperiksa kitabku secara seksama, ternyata ajalmu telah dekat. Sisa umurmu tak cukup untuk mengandung dan melahirkan. Umurmu hanya tinggal 40 hari lagi!” kata sang Tabib kepada Permaisuri raja. Sejak pertemuannya dengan sang Tabib, nafsu makan sang Permaisuri drastis menurun. Makan siang dihidangkan, namun ia tidak menyentuhnya. Sungguh Raja sangat khawatir dengan kondisi istrinya tersebut. “Apa yang sebenarnya terjadi denganmu?” tanya Raja. “Orang bijak itu kemarin mengatakan bahwa umurku tinggal 40hari saja,” jelas istrinya. Permaisuri lalu menceritakan semua yang dikatakan sang Tabib. Dari hari ke hari tubuh sang Permaisuri semakin kurus. Empat puluh hari lewat, tetapi ia ternyata tidak kunjung mati juga. Raja kemudian mengutus orang untuk mengundang sang Tabib mahir itu kembali. “Empat puluh hari telah berlalu, namun istriku ternyata masih hidup,” kata sang Raja kepada Tabib itu. “Sesungguhnya aku tidak tahu kapan ajalku tiba, apalagi ajal orang lain. Namun saat itu aku tidak menemukan obat yang lebih manjur selain dari berita yang bisa menakutkan sang Permaisuri. Istrimu selalu makan yang nikmat-nikmat sehingga lemak menutup rahimnya. Sekarang, temuilah dia dan berhubunganlah dengannya. Insya Allah, dia akan hamil,” jelas sang Tabib. Secara medis, banyak makan yang nikmat-nikmat yang kebanyakan mengandung lemak, akan mempercepat kematian. Hidup sehat adalah hidup yang serba cukup, tanpa berlebihan. Sepertiga perut untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernapas. Kesederhanaan adalah obat dari segala penyakit, jasmani dan rohani. Apabila kita terbiasa mengumbar nafsu kenikmatan makanan sejak dini, bersiap-siaplah menuai berbagai penyakit kelak di masa tua. Burhanudin, Yusuf. 2007. Saat Tuhan Menyapa Hatimu. Bandung . Mizania. Hal 207-209
Hhmm
1 minggu yang lalu
0 comments:
Posting Komentar